Vokaloka, Bandung - Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi krisis pengelolaan sampah yang semakin serius. Data SIPSN 2025 mencatat timbulan sampah mencapai 37,22 juta ton per tahun dengan 67,73% belum terkelola, sementara KLHK menyebut produksi harian telah mencapai 140 ribu ton namun pengelolaan baru 15%. Angka ini menunjukkan gunungan sampah tumbuh jauh lebih cepat daripada kemampuan negara menanganinya.
Sampah Menggunung, Alarm keras untuk Indonesia di Masa Depan
Vokaloka, Bandung - Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi krisis pengelolaan sampah yang semakin serius. Data SIPSN 2025 mencatat timbulan sampah mencapai 37,22 juta ton per tahun dengan 67,73% belum terkelola, sementara KLHK menyebut produksi harian telah mencapai 140 ribu ton namun pengelolaan baru 15%. Angka ini menunjukkan gunungan sampah tumbuh jauh lebih cepat daripada kemampuan negara menanganinya.
Mendidik dengan Ikhlas, Mengabdi dengan Cinta: Kisah di Balik Seragam Cokelat Herna Wati
Pasar Seni ITB 2025: Warna, Suara, dan Rasa dalam Setakat Lekat
Vokaloka, Bandung - Bandung kembali hidup dalam warna, suara, dan tawa. Akhir pekan, Sabtu dan Minggu, 18–19 Oktober 2025, kawasan kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) di Jalan Ganesha berubah menjadi lautan manusia. Setelah sebelas tahun vakum, Pasar Seni ITB 2025 kembali digelar dengan tema "Setakat Lekat: Laku, Temu, Laju", mengajak masyarakat untuk kembali dekat dengan seni dalam kehidupan sehari-hari.
“Redaksi Yth:” Bandung yang Belum Ramah Pejalan Kaki
Vokaloka, Bandung - Saya menulis ini sebagai warga Bandung yang setiap hari berjalan kaki untuk ke halte, pasar, dan kampus. Sayangnya, berjalan kaki di kota ini sering terasa seperti ujian keberanian. Banyak trotoar rusak, berlubang, licin, bahkan berubah fungsi menjadi tempat parkir dan lapak pedagang.
Di beberapa jalan utama, trotoar nyaris tidak ada atau terlalu sempit. Pejalan kaki terpaksa turun ke jalan dan berbagi ruang dengan kendaraan yang melaju kencang. Kondisi ini berbahaya, terutama bagi lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas.
Bandung sering disebut kota ramah dan kreatif, tetapi ramah seharusnya tidak hanya untuk kendaraan. Kota yang baik adalah kota yang memberi ruang aman bagi warganya untuk berjalan kaki dengan nyaman.
Sudah saatnya pemerintah kota lebih serius membenahi trotoar dan fasilitas pejalan kaki. Kami tidak meminta yang mewah, hanya jalan yang layak dan aman untuk melangkah.
Fira Amarin KPI/5B
Kembali ke Rasa Lama, Awug Mang Ipin yang Nggak Pernah Gagal Bikin Nostalgia
Vokaloka, Bandung – Ada rasa tertentu yang hanya bisa ditemukan pada jajanan lama dengan rasa yang sederhana, jujur, dan penuh kenangan. Awug Mang Ipin adalah salah satunya. Di balik wangi kelapa parut dan gula merahnya, tersimpan perjalanan seorang lelaki yang sudah akrab dengan dunia awug sejak SMP pada 2007, ketika keluarganya kesulitan membayar sekolah. Pernah berhenti ketika fokus UN dan bekerja, jalur hidupnya kembali berputar ke awug pada 2020 setelah di-PHK pandemi. "Karena dulu pernah jualan awug, jadi mulai lagi," ujarnya. Keahliannya ia dapat dari kodrat, sosok asal Majalaya yang pernah bekerja pada penjual awug legendaris di Cibeunying tempat Mang Ipin pertama kali belajar mengolah jajanan klasik ini.
Ia biasa berjualan pada pagi hari pukul 06.00–10.00, awalnya di Pasar Kembar dan kemudian di Pasar Taman Senang. Namun kini Mang Ipin sudah berhenti berjualan awug karena mendapatkan pekerjaan baru.
Awug buatannya tetap setia pada cara lama terdapat tepung beras, kelapa, gula, sedikit garam, lalu dikukus dalam aseupan bambu berlapis daun pisang. Bedanya, kini memakai kompor, bukan arang. Setiap kukusan hanya membutuhkan 10–15 menit sebelum mengembang dan mengeluarkan aroma manis-gurih yang khas. Ia menghasilkan 3–4 aseupan per hari. Soal rasa, Mang Ipin tak pernah membocorkan rahasianya, hanya satu kalimat: "Kualitas itu tidak akan membohongi."
Proses menyantap awug menjadi pengalaman tersendiri. Aromanya langsung menguar hangat, manis, dan lembut dengan sentuhan kelapa yang menyegarkan. Rasa yang muncul begitu bersih manis alami gula merah dan gurih kelapa yang menyatu tanpa saling menenggelamkan. Teksturnya lembut namun berbutir halus, khas kukusan tepung beras yang masih memakai aseupan. Setiap gigitan memberi kesempatan untuk mengenali bahan-bahan sederhana yang diracik dengan ketelitian, menghadirkan tradisi Sunda dalam bentuk paling apa adanya.
Bagi Mang Ipin, awug bukan sekadar sumber nafkah, tetapi potongan tradisi yang makin jarang disentuh generasi muda. "Anak-anak sekarang tahu takoyaki, tapi nggak tahu awug," keluhnya. Walau begitu, pelanggan setianya terutama orang tua selalu kembali. Bahkan ada yang mengirim pesan jika ia tak berjualan. Harapannya sederhana namun mendalam agar awug dan jajanan Sunda seperti putri noong, ali agrem, hingga ongol-ongol tetap hidup, dikenali, dan dicicipi oleh generasi berikutnya sebelum benar-benar menghilang dari ingatan.
Reporter: Fira Amarin KPI/5B
Tahu Gejrot Mang Wardi Kuliner Tradisional yang Menghidupkan rasa hangat Pasar Kanoman
“Yth. Redaksi:” Perlunya Tindakan Serius Mengatasi Banjir di Kota Bandung
Sebagai warga Kota Bandung, saya merasa perlu menyampaikan keprihatinan terkait banjir yang kembali melanda sejumlah wilayah. Fenomena ini tidak hanya menimbulkan kerugian harta benda, tetapi juga mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat, pendidikan anak-anak, serta kelangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah di daerah terdampak.
Banjir yang terjadi sebenarnya bukan sekadar akibat curah hujan tinggi, tetapi juga cerminan dari keterbatasan infrastruktur drainase, penataan ruang yang kurang optimal, serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Banyak daerah resapan dialihfungsikan menjadi permukiman atau area industri, sementara sampah yang menumpuk memperparah aliran sungai saat hujan deras. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap pengelolaan lingkungan dan tata ruang kota.
Oleh karena itu, saya mengimbau pemerintah Kota Bandung untuk meninjau dan memperkuat sistem drainase, menormalisasi sungai, serta menegakkan aturan terkait zona resapan air. Di sisi lain, masyarakat juga memiliki tanggung jawab besar dengan tidak membuang sampah sembarangan, menjaga lingkungan sekitar, serta mendukung program rehabilitasi hutan kota dan daerah resapan.
Banjir bukan hanya fenomena alam, melainkan cerminan ketidakoptimalan pengelolaan lingkungan. Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat, Kota Bandung bisa menjadi kota yang lebih aman, nyaman, dan tahan bencana. Semoga surat ini menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan tata ruang demi kesejahteraan bersama.
Reporter: Inggrid Aulia Kusumawardhani, 5A