Tampilkan postingan dengan label Vokapendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Vokapendidikan. Tampilkan semua postingan

Harmoni Beragama: Kisah Mahasiswa Katolik Timor Leste di Kampus Vokasi Berbasis Islam Cirebon

 



Vokaloka. Cirebon - Suara azan Subuh berkumandang merdu, memecah keheningan pagi di Desa Panambangan, Kecamatan Sedong. Di sebuah kontrakan sederhana, Aquelino da Costa Tilman, mahasiswa asal Timor Leste, terbangun. Dulu, suara panggilan salat itu terasa asing, namun kini menjadi alarm rutinitas kesehariannya. Sementara tak jauh darinya, teman-teman Muslimnya bersiap menunaikan salat.

"Kalau di sini mereka salat, kita kasih waktu untuk mereka bisa salat dulu," ujar Aquelino, mahasiswa yang akrab disapa Aquelino, yang telah hampir setahun menimba ilmu di Politeknik Siber Cerdika Internasional (Poltek SCI). "Salah satu bentuk toleransi saya itu, ketika mereka salat di dalam kontrakan, saya di luar dulu tunggu habis (selesai salat)".

Kisah Aquelino dan enam mahasiswa lain dari Timor Leste adalah cerminan toleransi sejati. Mereka semua beragama Kristen Katolik, namun memilih menimba ilmu di Poltek SCI, sebuah kampus vokasi internasional berbasis Islam yang berdiri sejak 2023 di tengah persawahan Cirebon. Lima di antaranya baru tiba pada tahun 2025 ini.

Ekspektasi vs Realitas: Menemukan Keindahan Azan


Jaquelina Amaral Da Silva, mahasiswi Katolik lainnya, mengaku sempat hanya mengenal Islam lewat televisi. Ia sempat mengira suara azan subuh yang ia dengar adalah rekaman.

"Ternyata dari orangnya langsung. Jadi suaranya kok merdu banget, bagus," tuturnya, menceritakan realitas yang ia temukan di Cirebon.

Namun, kedatangan mereka tidak lepas dari kekhawatiran. Stigma negatif tentang ajaran agama Islam sempat menghantui pikiran mereka. Aquelino berterus terang, secara emosional dan fisik ia merasa takut. Sebagai satu-satunya mahasiswa Katolik di tengah ratusan mahasiswa Muslim, ia khawatir akan adanya perlakuan diskriminasi. Apalagi, ia datang dengan penampilan khas Timor Leste—masih memakai anting dan gaya berpakaian yang belum formal menurut standar kampus.

"Tapi sekarang udah biasa," kata Aquelino sambil tersenyum. "Saya belajar lah dari teman-teman. Satu persatu".

Tidur di Mushala, Ikut Tahlil, dan Mengenakan Kopiah

Toleransi yang mereka rasakan jauh melampaui ekspektasi. Salah satu pengalaman yang paling mengesankan adalah ketika Aquelino pernah diizinkan untuk tidur dan beribadah di mushala.

Kisah ini bermula saat ia tinggal di Kemarang, Cirebon, dengan jarak yang cukup jauh ke gereja. Ia memberanikan diri meminta izin kepada mahasiswa Poltek SCI yang juga seorang pamong desa. "Bang, saya bisa (beribadah) di sini?" tanyanya ragu.

"Ah, enggak apa-apa, boleh," jawab temannya.

Jawaban itu menjadi penilaian toleransi yang paling tinggi bagi Aquelino. Ia merasa sangat bersyukur. Baginya, yang terpenting adalah bisa berkomunikasi dengan Sang Pencipta.

Keterlibatan mereka bahkan semakin mengejutkan. Mahasiswa Katolik ini tak hanya menjadi penonton, tetapi peserta aktif dalam kegiatan keislaman. Aquelino mengaku pernah ikut tahlil, berselawat bersama, dan terlibat dalam kurban, bahkan ikut menjaga dan menyaksikan proses penyembelihan kambing.

Momen paling berkesan lainnya adalah saat ia diminta mengenakan kopiah dalam acara tahlil di kampus. Ia sempat kaget dan khawatir dengan pandangan orang. Namun, teman-temannya meyakinkan bahwa tidak ada larangan, asalkan diizinkan dalam agamanya. Aquelino memahami ini sebagai bentuk toleransi dan keterbukaan yang luar biasa.

Batas Toleransi: Prinsip yang Tak Berubah

Keterlibatan dalam ritual keagamaan lain memunculkan pertanyaan krusial tentang batas toleransi. Aquelino menjawab bahwa ia merasa sudah melampaui batas, tetapi ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan budaya di Cirebon demi pendidikannya.

Ia segera menambahkan prinsip teganya: "Bukan saya menjual kepercayaan gue. Tapi saya punya prinsip".

Bagi para mahasiswa ini, batas toleransi yang sebenarnya adalah ketika keyakinan berubah.

"Kalau saya sudah mengubah keyakinannya, berarti itu sudah melampaui batas," jelas Aquelino.

"Masih normal-normal aja. Karena itu belum benar-benar mengubah keyakinan," tambah Jaquelina.

Keterbukaan mereka berakar kuat pada ajaran Katolik itu sendiri. Aquelino menjelaskan bahwa Katolik bersifat universal atau umum; terbuka untuk berteman dengan orang Muslim, Buddha, Protestan, atau agama lainnya.

"Dia tidak ada larangan untuk orangnya dia itu bisa beribadah di, ikut beribadah di agama lain," tegasnya. Prinsip penting yang mereka pegang adalah baptis hanya satu kali. Mereka juga menganut filosofi kemanusiaan universal: "Prinsipnya kita sesama manusia. Manusia itu sesama saling melengkapi satu sama lain. Karena manusia itu semua orang itu makan nasi, makan makanan. Darah itu satu, cuma darah merah".

Dialog Terbuka sebagai Kunci Harmoni

Dari kegiatan keislaman yang diikuti, mereka mengambil banyak pelajaran positif. Kegiatan seperti tahlil menjadi ruang untuk berbagi cerita, saling terbuka, dan menyelesaikan masalah.

Kunci keberhasilan toleransi ini adalah dialog terbuka sejak awal. Teman-teman Muslim mereka juga sangat komunikatif. Jaquelina mengaku sempat bertanya, "Emang boleh ya kalau saya ikutan gitu?". Ternyata tidak ada halangan. "Komunikasi yang itu terbuka lah, tidak rasis," tegas Jaquelina. Bahkan dalam organisasi kampus, mereka selalu diajak untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan.

Lingkungan Muslim yang adaptif ini juga membawa transformasi personal bagi Aquelino. Ia mengaku telah berhenti minum alkohol sejak datang ke Poltek SCI. Hal ini bukan paksaan, melainkan adaptasi, mengutip pepatah, "Di mana bumi dipijak di situ langit dijungjung".

"Selama saya masih menitipkan diri untuk bisa mencari ilmu di sini, kita harus ikut budaya dan ilmu di sini seperti apa," katanya.

Harapan dan Pelajaran Penting

Aquelino berpandangan bahwa semua kegiatan yang diikuti bernilai positif. "Agama itu kan sebagai jembatan untuk bisa membawa kita ke jalan yang benar, untuk bisa mengenal Yang Maha Pencipta itu siapa," ujarnya.

Harapannya, teman-teman di luar lingkungan Poltek SCI juga bisa saling menghormati dan menghargai, serta membangun dialog terbuka. "Karena kita, biarpun kita ini berbeda agama, tapi kita cuma tujuan itu satu aja. Percaya pada Yang Maha Kuasa, atau Yang Maha Pencipta".

Kisah mahasiswa Katolik Timor Leste di Poltek SCI mengajarkan bahwa toleransi sejati adalah toleransi aktif. Ini adalah keberanian untuk terlibat, belajar memahami, tanpa kehilangan identitas. Aquelino merangkumnya: "Saya fokus bukan saya membandingkan agama, ... Tapi saya berfokus bisa tahu gimana si orang Muslim itu seperti apa".

Kampus vokasi kecil di pedesaan Cirebon ini membuktikan bahwa harmoni lahir dari keberanian keluar dari zona nyaman, kesediaan untuk memahami yang berbeda, dan kepercayaan bahwa perbedaan agama dapat saling melengkapi.

Penulis: Rokibullah
Mahasiswa Pasca Sarjana KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia



Dedikasi Tanpa Henti Teti Ismawati Kepala Sekolah yang Berjuang untuk Pendidikan Anak Bangsa


Vokaloka, Bandung - Ibu Teti Ismawati, Kepala Sekolah SMP Muslimin 5 Bandung, adalah gambaran nyata dari seorang pendidik sejati, yang memilih jalur pengabdian, bukan sekadar karir. Beliau kini berusia 58 tahun dan akan memasuki masa pensiun pada tahun 2027, sebuah momen yang ditunggunya setelah 36 tahun mengabdi. Meskipun berstatus PNS (DPK) dan merupakan angkatan terakhir yang langsung mendapat SK penugasan di SMP Negeri Jatiluhur, Ibu Teti justru mengukir kisah pengabdian yang mendalam di sekolah swasta.

Perjalanan Ibu Teti di SMP Muslimin 5 dimulai pada tahun 1991, setelah ia memutuskan pindah dari Purwakarta untuk dekat dengan suami yang berada di Bandung. Awalnya, kepindahan ke sekolah swasta ini terasa seperti ujian berat. Ia merasakan perbedaan yang sangat kontras dengan saat mengajar di sekolah negeri, terutama karakter siswa. "Awal gilirnya dulu merasa berat ngajar di sini kenapa karena kan di negeri di negeri itu ternyata, apalagi di daerah ya, di daerah itu sudah meradangan diri. Jadi tidak terlalu untuk disuapi ... Ibu hampir menyerah nih buah anak-anaknya kok gini gitu ya," kenangnya, menceritakan kesulitan di awal masa adaptasi tersebut. 

Ditambah lagi, pada saat itu, duka yang paling terasa adalah kesulitan transportasi dan harus jauh dari keluarga, sendirian di Purwakarta bersama anak kecil. Di tengah segala keterbatasan itu, profesionalitasnya sebagai guru diuji. Ibu Teti harus siap mengajar apapun, bahkan pernah mengampu hingga tiga mata pelajaran sekaligus (maksimal) seperti seni budaya, bahasa Indonesia, dan biologi, karena kebutuhan sekolah. Dedikasi ini menunjukkan bahwa fokusnya adalah pada kebutuhan pendidikan murid.

Titik paling dramatis dalam perjalanan Ibu Teti terjadi sekitar 20 tahun yang lalu, ketika isu gencar beredar bahwa guru PNS yang ditempatkan di sekolah swasta harus kembali ke sekolah negeri. Rekan-rekan sejawatnya pun berbondong-bondong mencari tempat pindah. Namun, Ibu Teti mengambil keputusan kontras yang sangat menyentuh. "Tapi nggak tahu ya hati ibu masih tetap di sini," ujarnya, dengan ketulusan yang mengalahkan logika birokrasi.

Keputusannya ini didukung penuh oleh suami, dan yang paling mengharukan, Yayasan mengirimkan surat yang menyatakan bahwa Ibu Teti masih dibutuhkan di sekolah tersebut. Perasaan kekeluargaan, nyaman, dan merasa diterima menjadi jangkar yang kuat. Perjuangannya dipermudah oleh takdir, sementara rekan-rekannya harus menunggu bertahun-tahun untuk bisa pindah.

Sejak diangkat menjadi Kepala Sekolah pada tahun 2018 atas dasar kepercayaan Yayasan, Ibu Teti memimpin sekolah dengan penuh empati di tengah persaingan ketat SMP negeri di sekitarnya. Sekolah ini menghadapi tantangan besar jumlah siswa yang kecil serta mayoritas murid berasal dari kalangan menengah ke bawah. Banyak di antaranya memiliki latar belakang keluarga yang rentan, seperti tinggal bersama nenek, atau orang tua berpisah.

Pencapaian terbesarnya adalah kemampuannya mengubah keterbatasan menjadi kekuatan. Jumlah siswa yang sedikit justru dilihat sebagai berkah; Ibu Teti bangga bisa memperhatikan satu demi satu siswa secara personal. Sekolah menerapkan iuran yang sangat rendah, hanya Rp 75.000 per bulan (infak), dan berencana membebaskan uang bangunan sepenuhnya di tahun depan. Prinsip Ibu Teti sangat sederhana: "Pokoknya niatnya sama-sama kita ini ingin mencerdaskan ingin memberikan ilmu itu ya kalau bersama niatnya sama, meskipun banyak tantangan-tantangan..."

Di usianya yang mendekati purna tugas, semangat pengabdian Ibu Teti tidak surut. Beliau bahkan berkeinginan untuk tetap mengabdi di SMP Muslimin 5, meskipun hanya sebagai guru biasa, setelah pensiun sebagai PNS. "Ibu tidak ingin meninggalkan sekolah ini... karena disini pun ternyata masih harus banyak membutuhkan pelajar ya masih membutuhkan kasih jadi ada rasa kesian gitu ya kalau ditinggalkan," tutupnya, sebuah pengakuan yang menyentuh tentang betapa dalam ikatan batinnya dengan sekolah dan anak-anak didiknya.

Reporter : Syifa Nur Fauziah (KPI/5B)

MABIT UPI 2025 di Pesantren Idrisiyyah, Mahasiswa Baru Diajak Mondok Sehari

Vokaloka, Tasikmalaya Kegiatan Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Tasikmalaya kembali digelar pada 15–16 November 2025 dan tahun ini menghadirkan nuansa berbeda. Bertempat di Pesantren Idrisiyyah, kegiatan tersebut menjadi ruang perjumpaan antara mahasiswa baru, tradisi pesantren, serta pendekatan spiritualitas Sufi yang telah menjadi ciri khas Idrisiyyah sebagai salah satu tarekat yang aktif di bidang dakwah dan pemberdayaan umat. Melalui konsep mondok sehari, peserta diajak mengenal kehidupan pesantren, spiritualitas, serta nilai-nilai pendidikan Islam.
 
MABIT UPI 2025 merupakan kegiatan kolaborasi antara Sufi Training Center (STC) Idrisiyyah dan DEMA Idrisiyyah, yang sejak awal dirancang untuk memperluas pengalaman mahasiswa dalam memahami pembinaan ruhani secara langsung melalui praktik pesantren. Kolaborasi ini semakin memperkuat hubungan antara dunia pendidikan tinggi dan lembaga keagamaan tradisional, sebuah model sinergi yang mulai banyak dikembangkan di berbagai daerah. Program pembinaan karakter seperti MABIT UPI menjadi lebih bermakna ketika dilaksanakan di lingkungan spiritual seperti Pesantren Idrisiyyah, karena mahasiswa dapat merasakan langsung pengalaman mondok dan praktik ibadah bersama santri.
 
Suasana Penyambutan dengan Nuansa Khas Pesantren
Rombongan mahasiswa UPI tiba di lingkungan Pesantren Idrisiyyah pada Sabtu siang. Mereka disambut hangat oleh penampilan hadroh santri yang membawakan shalawat secara syahdu, merdu dan penuh semangat. Kesan religius dan khidmat langsung terasa sejak langkah pertama peserta memasuki area pesantren, menandai awal rangkaian kegiatan yang mengedepankan nilai spiritual.
Acara pembukaan dipusatkan di Masjid Al-Fattah, salah satu pusat aktivitas spiritual pesantren. Ismail Fadhilah, mahasantri semester 3 program Tasawuf Ma'had Aly Idrisiyyah, memandu jalannya acara dengan hangat dan khidmat.
 
Ketua Yayasan Idrisiyyah, Ust. Adang Nurdin, M.Pd, menyampaikan sambutan pembuka dengan menekankan bahwa pembinaan ruhani merupakan pilar penting bagi mahasiswa untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Menurutnya, integritas moral dan ketenangan spiritual adalah fondasi yang perlu dibangun sejak masa pendidikan tinggi.
 
Sementara itu Pembimbing Tutorial UPI, Bapak H. Anggi Maulana Rizki, Dip. LC, MA, menyampaikan apresiasi mendalam atas terselenggaranya kolaborasi ini. Ia menilai, kemitraan antara UPI dan Pesantren Idrisiyyah mampu memperkaya pemahaman mahasiswa tidak hanya dalam aspek ibadah ritual, tetapi juga dalam dinamika sosial keagamaan.
 
Tiga Materi Inti Menyelami Spiritualitas Sufi dan Peran Sosial Tarekat
Hari pertama diisi dengan tiga materi yang memperkenalkan mahasiswa pada tradisi ruhani Idrisiyyah dan relevansinya dalam kehidupan modern.
 
1. Menguatkan Ruhani: Wirid & Amaliyah Ubudiyah Idrisiyyah
Materi pertama disampaikan oleh Ust. Ahmad Faqih, S.Pd yang menjelaskan pentingnya tazkiyatun nafs, disiplin dzikir, serta adab-adab dasar dalam perjalanan spiritual. Mahasiswa dikenalkan dengan struktur wirid serta bagaimana amaliyah ubudiyah berperan dalam menjaga ketenangan mental.
2. Tarekat Idrisiyyah sebagai Manhaj dan Organisasi Dakwah
Pada sesi kedua, Ust. Asep Deni, M.Pd memaparkan peran tarekat dalam konteks sejarah dan sosial. Ia menekankan bahwa Idrisiyyah bukan hanya jalur spiritual individual, melainkan juga lembaga sosial keagamaan yang aktif membina masyarakat melalui pendidikan, pengajian, dan gerakan pemberdayaan.
3. Pemuda Qur'ani dan Kebangkitan Bangsa
Materi ketiga disampaikan kembali oleh Ust. Adang Nurdin, M.Pd, yang mengajak mahasiswa memahami hubungan antara akhlak Qur'ani, kemajuan bangsa dan peran pemuda Muslim sebagai agen perubahan.
Materi-materi ini memberikan wawasan kepada mahasiswa baru UPI Kampus Tasikmlaya bahwa spiritualitas dan pembangunan karakter tidak dapat dipisahkan dari tantangan generasi muda di era modern.
 
Hadroh, Mahalul Qiyam dan I'tikaf
Menjelang malam, suasana semakin syahdu. Hadroh santri kembali mengalun mengiringi pembacaan mahalul qiyam, sebuah tradisi khas pesantren yang menggugah semangat kecintaan kepada Rasulullah
SAW. Lantunan doa dan shalawat mengajak mahasiswa memasuki ruang perenungan yang lebih dalam. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan Malam Keakraban (MAKRAB) bersama DEMA dan HIMA Idrisiyyah. Momen ini menjadi forum pertukaran pengalaman antara mahasiswa dan Mahasantri mengenai kehidupan kampus, dinamika kepesantrenan, hingga perjalanan spiritual pribadi masing-masing.
Malam pertama ditutup dengan i'tikaf dan sesi refleksi diri, memberikan ruang bagi peserta untuk mengevaluasi kualitas ibadah dan kehidupan sehari-hari mereka di tengah rutinitas perkuliahan.
 
Hari Kedua: Tahajud, Ziarah, dan Literasi Dakwah Digital
Hari kedua dimulai sejak pukul tiga dini hari melalui kegiatan tahajud dan subuh berjamaah, dilanjutkan tausiyah oleh Ust. Jalaluddin, S.Pd yang menekankan pentingnya kedisiplinan ibadah dalam membentuk karakter pemimpin masa depan.
 
Setelah sarapan dan persiapan penutupan, peserta mengikuti studi lapangan dan ziarah ke sejumlah titik penting di sekitar pesantren, dipandu oleh panitia dari Tim STC. Studi lapangan ini menghubungkan mahasiswa dengan realitas sosial dan budaya pesantren secara langsung.
 
Dakwah Digital: Tema Relevan untuk Mahasiswa Gen-Z
Materi berikutnya adalah sesi diskusi "Dakwah Digital", disampaikan oleh Ustadz Muhammad Abdullah, S.Kom, dan Ustadz Yudi Ginanjars, S.Si, selaku Tokoh Ahli Idrisiyyah di Bidang Dakwah Digital, didampingi Asisten Trainer yakti Tya Putri Aisyah dari Mahasantri semester 5 Program Tasawuf, Ma'had Aly Idrisiyyah.
 
Keduanya menjelaskan bagaimana dakwah dapat dikemas secara kreatif dan bertanggung jawab melalui platform digital. Mahasiswa baru diperkenalkan pada etika bermedia, strategi dakwah kontemporer dan tantangan ruang digital yang sering kali memunculkan hoaks, ujaran kebencian, hingga kekerasan simbolik.
 
Sesi ini menjadi salah satu yang paling relevan karena bersentuhan langsung dengan kehidupan mahasiswa di dunia maya.
 
Penutupan dan Harapan
Kegiatan diakhiri dengan sambutan panitia serta pesan penutup dari Bapak H. Anggi Maulana Rizki, yang menegaskan pentingnya kesinambungan kegiatan pembinaan ruhani bagi mahasiswa. Ia berharap MABIT bukan hanya menjadi agenda tahunan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi pengembangan program serupa yang lebih masif ke depan.
 
Seluruh rangkaian acara ditutup dengan foto bersama sebagai simbol kebersamaan antara kampus dan pesantren.

Lewat Pekan Literasi, SMK Bandung Timur Dorong Budaya Baca Siswa

Vokaloka, Bandung Dalam rangka memperingati Bulan Bahasa, SMK Bandung Timur menggelar Pekan Literasi pada Senin, 6/10/2025, sebagai bentuk nyata upaya menumbuhkan budaya membaca di lingkungan sekolah. Kegiatan ini merupakan inisiatif dari Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Iis, dan menjadi pelaksanaan perdana yang diadakan secara khusus tahun ini.

Menurut Iis, tujuan utama dari pekan literasi adalah menanamkan kesadaran pentingnya membaca di kalangan siswa agar tidak kehilangan kemampuan memahami informasi secara mendalam.

"Tujuan pekan literasi agar anak-anak tidak kekurangan literasi, meningkatkan minat baca, dan rasa ingin tahu mereka supaya pemahaman dalam membaca semakin baik," ujarnya.

Ia menambahkan, kemampuan literasi menjadi dasar sebelum numerasi, sebab kemampuan berpikir logis dan memahami angka biasanya diawali dari kemampuan membaca dan menafsirkan teks.

"Kemampuan numerasi anak biasanya berawal dari literasi terlebih dahulu, sehingga literasi menjadi dasar penting sebelum numerasi," jelasnya.

Selama pelaksanaan pekan literasi, sekolah menerapkan sejumlah cara kreatif agar siswa lebih fokus membaca. Salah satunya dengan menyediakan kotak khusus di setiap kelas untuk menyimpan gadget. Dengan begitu, siswa bisa lepas sejenak dari layar ponsel dan menumbuhkan konsentrasi penuh saat membaca buku.

"Kami menyediakan box di setiap kelas untuk menyimpan gadget, supaya anak-anak benar-benar fokus membaca buku," tambahnya.

Kegiatan pekan literasi dilaksanakan setiap hari Senin selama Bulan Bahasa, menggantikan sebagian waktu upacara bendera dengan kegiatan membaca dan diskusi buku. Setiap pekan, sekolah menyiapkan berbagai jenis buku dari perpustakaan sekolah, mulai dari buku pelajaran seperti bahasa dan matematika, hingga buku umum seperti hukum, sains, hingga novel-novel ringan yang disesuaikan dengan minat siswa.

Setiap kelas mendapat giliran mengikuti kegiatan secara bergantian. Guru dan wali kelas bertugas sebagai pembina, sementara perwakilan siswa menjadi panitia pelaksana kegiatan. Siswa diminta membaca buku pilihan mereka selama waktu yang telah ditentukan, kemudian menuliskan resume atau ringkasan singkat isi buku. Beberapa perwakilan dari setiap kelas kemudian dipilih untuk mempresentasikan hasil bacaannya di depan teman-teman.

Kegiatan ini menjadi momen interaktif di mana siswa belajar mengungkapkan pendapat dan menyampaikan kembali isi bacaan dengan gaya mereka sendiri. Guru juga memberikan bimbingan agar siswa tidak hanya membaca, tetapi juga memahami makna dan pesan dari setiap bacaan.

Dari sisi siswa, kegiatan ini mendapat tanggapan positif. Sofi, siswi kelas XI Akuntansi, mengatakan bahwa pekan literasi memberikan pengalaman baru yang seru sekaligus menantang.

"Seru banget, soalnya kita bukan cuma baca tapi juga ngeresum dan review buku yang dibaca. Jadi kayak tantangan, gimana caranya biar kita paham dan bisa nyeritain lagi isi buku itu," ungkapnya.

Sementara itu, Mutia, rekan satu kelasnya, mengaku kegiatan ini membuat siswa lebih semangat dan mengasah kemampuan berpikir kritis.

"Terasa banget manfaatnya. Jadi bisa ngembangin lagi literasi di sekolah, bisa ngasah otak biar cepat nyerap isi bacaan sebelum pembelajaran dimulai. Seru juga karena bisa sharing sama temen-temen tentang cerita yang dibaca," katanya.

Mutia menuturkan bahwa buku yang ia baca berjudul Bumi Murka, sebuah buku bertema sains yang bercerita tentang fenomena alam seperti gempa bumi dan tsunami. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan, tapi juga melatih keberanian siswa untuk berbicara di depan umum.

Melalui kegiatan ini, SMK Bandung Timur berharap siswa dapat membangun kebiasaan membaca yang berkelanjutan. Iis menegaskan bahwa Pekan Literasi menjadi langkah awal untuk memperkuat Gerakan Literasi Sekolah yang selama ini sudah berjalan dalam kegiatan pembelajaran harian.

"Harapannya kegiatan ini bisa jadi budaya, bukan hanya di bulan bahasa, tapi juga di hari-hari biasa," tutupnya.

Dengan semangat Bulan Bahasa, Pekan Literasi di SMK Bandung Timur tidak hanya menjadi ajang membaca bersama, tetapi juga wadah untuk mengasah kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis. Sekolah berkomitmen menjadikan kegiatan ini sebagai sarana membangun generasi muda yang gemar membaca, kritis, dan berdaya pikir luas.

Reporter: Dhia Disti Salsabila, KPI 5/B


SMK Bandung Timur Tanamkan Nilai Disiplin Lewat Program PDKS

Vokaloka, Bandung –  SMK Bandung Timur menggelar kegiatan Pelatihan Dasar Kedisiplinan Siswa (PDKS) pada tanggal 11/10/2025. Kegiatan ini berbarengan dengan penerimaan rapor siswa oleh orang tua, sehingga suasana di sekolah terasa lebih semarak. Para siswa tampak antusias sejak pagi, mengenakan seragam rapi dan bersiap mengikuti rangkaian kegiatan yang dipandu langsung oleh instruktur dari TNI, yang dianggap ahli dalam hal kedisiplinan.

Kegiatan dimulai dengan apel pembukaan di lapangan sekolah. Terlihat para siswa berdiri rapi sambil mendengarkan arahan instruktur. Suasana menjadi hidup ketika instruktur memberikan simulasi kedisiplinan, mulai dari baris-berbaris hingga latihan fisik ringan. Beberapa siswa tampak semangat penuh, mengikuti setiap arahan dengan tekun, sementara beberapa siswa dengan kondisi fisik lemah harus meninggalkan latihan lebih awal. Namun, kegembiraan tetap terasa di seluruh lapangan, terlihat dari sorak-sorai siswa yang berhasil menyelesaikan setiap tantangan.

Salah satu siswa, Mutia, mengaku kegiatan ini sangat menarik sekaligus menantang.

"Awalnya saya sedikit terkejut karena ini pertama kali dididik langsung oleh TNI. Nada keras dan disiplin ketat membuat kaget, tapi kegiatan ini seru dan menantang. Rasanya berbeda banget dari pelajaran biasa di kelas," ungkapnya.

Selain kegiatan fisik, siswa juga diberikan pengarahan tentang pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Para instruktur menjelaskan bahwa disiplin bukan hanya soal fisik, tetapi juga menyangkut sikap, tanggung jawab, dan kesadaran diri.

Menurut Kepala Sekolah, Surya A.Md. Komp, SH, M.M, PDKS diadakan sebagai bagian dari upaya menumbuhkan karakter disiplin siswa, baik di sekolah maupun di rumah. Program ini termasuk dalam kurikulum pendidikan dan dirancang selama satu tahun, dimulai dari tahap pra-PDKS, kemudian kegiatan inti selama tiga hari, dengan pemantauan disiplin setiap minggu dan laporan bulanan.

"Program ini dibuat karena disiplin merupakan salah satu pintu menuju kesuksesan. Kami ingin siswa memiliki kesadaran disiplin yang tumbuh, menjadi pribadi berkarakter baik, dan siap menghadapi tantangan lingkungan," jelasnya.

Surya menambahkan, siswa yang melanggar disiplin akan mendapatkan penanganan khusus, termasuk kerjasama dengan psikolog untuk menelusuri penyebab pelanggaran. Selain itu, nilai sikap siswa juga menjadi bagian dari penilaian rapor, sehingga pembentukan karakter siswa tidak hanya bersifat formal, tetapi juga diukur dan dipantau secara konsisten. Program ini juga merupakan implementasi dari kebijakan Panca Wulya provinsi, sebagai langkah nyata membentuk karakter siswa sejak dini.

Suasana kegiatan PDKS semakin hidup ketika siswa mengikuti simulasi situasi nyata, seperti latihan baris-berbaris sambil menjaga ketertiban dan disiplin. Beberapa siswa saling memberi semangat, sementara instruktur TNI menegur dengan nada tegas namun tetap memberi arahan yang jelas. Para orang tua yang hadir untuk menerima rapor juga menyaksikan kegiatan ini, memberi dukungan moral bagi anak-anak mereka.

Melalui kegiatan ini, SMK Bandung Timur berharap siswa dapat menjadi pribadi yang berkarakter baik, disiplin, hormat kepada orang tua, berguna bagi masyarakat, dan mampu menghadapi lingkungan negatif dengan sikap bijak. Kegiatan ini juga menjadi sarana bagi siswa untuk belajar kemandirian, kerja sama, dan keberanian dalam menghadapi tantangan fisik maupun mental. Dengan semangat membangun generasi muda yang disiplin dan berkarakter, PDKS di SMK Bandung Timur menjadi kegiatan penting yang tidak hanya menekankan fisik, tetapi juga pembentukan sikap, karakter, dan mental siswa.

Reporter: Dhia Disti Salsabila, KPI 5/B

Pembina Pramuka MTs Baabussalaam Tanamkan Nasionalisme Lewat Lagu dan PBB



Vokaloka.com, Bandung – Anggota Pramuka MTs Baabussalaam Bandung menumbuhkan sikap nasionalisme dan patriotisme melalui kegiatan menyanyikan lagu wajib, lagu nasional, lagu daerah, serta latihan Peraturan Baris-Berbaris (PBB). Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan Buku SKU (Syarat Kecakapan Umum) Pramuka.

Pembina Pramuka MTs Baabussalaam, Herna Wati, S.Pd.I., MG., mengatakan peserta didik sangat bersemangat dalam mengikuti kegiatan. "Anggota Pramuka sangat antusias sekali, bahkan mereka minta tambahan waktu Pramuka," ujarnya, Jumat (3/10/2025).

Selain sebagai kewajiban dalam kegiatan kepramukaan, menyanyikan lagu-lagu nasional dan daerah dinilai mampu memperkuat rasa cinta tanah air serta mengenalkan budaya bangsa kepada generasi muda. Latihan PBB juga menjadi sarana membentuk kedisiplinan dan tanggung jawab siswa.

Namun demikian, Herna Wati, mengakui ada kendala yang dihadapi dalam pembinaan Pramuka, terutama soal pendanaan. "Kadang merasa sulit untuk mengadakan kegiatan di luar lingkungan sekolah seperti perlombaan, perkemahan, dan lain-lain," jelasnya.

Meski menghadapi keterbatasan, pihak sekolah dan pembina tetap berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan Pramuka secara rutin, agar siswa semakin terlatih, berkarakter, serta memiliki jiwa nasionalisme yang kuat.


Lutfiah Nurrahma Faisal KPI 5 B

SMPN 72 Bandung Gelar Aksi Bebersih Bandung Serentak Peringati HJKB ke-215

Vokaloka, Bandung Sekolah Menengah Pertama Negeri 72 Bandung melaksanakan kegiatan Bebersih Bandung Serentak di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu (15/10/2025) yang melibatkan seluruh civitas sekolah. Kegiatan ini menjadi wujud nyata kepedulian terhadap kebersihan lingkungan sekaligus implementasi semangat "Bandung Utama, Harmoni, dan Kolaborasi."

Aksi kebersihan ini dilakukan secara serentak di berbagai wilayah Kota Bandung sebagai bentuk partisipasi aktif lembaga pendidikan dalam mendukung program Pemerintah Kota Bandung. Melalui kegiatan ini, SMPN 72 Bandung berupaya menanamkan nilai gotong royong, cinta lingkungan, dan tanggung jawab sosial kepada seluruh peserta didik.

Kepala Sekolah SMPN 72 Bandung, Sugiyanto, M.Pd., menuturkan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi momen memperingati hari jadi kota, tetapi juga menjadi wadah untuk menumbuhkan karakter kolaboratif dan peduli lingkungan di kalangan siswa.

"Melalui kegiatan bebersih ini, kami ingin menanamkan nilai harmoni dan kolaborasi antarwarga sekolah. Dengan bekerja bersama menjaga kebersihan, kita belajar bahwa Bandung yang utama adalah Bandung yang bersih, indah, dan penuh kebersamaan," ujarnya.

Pelaksanaan kegiatan dimulai sejak pagi hari dengan pembagian area tugas kepada seluruh peserta. Para siswa tampak antusias membersihkan ruang kelas, halaman sekolah, taman, serta area sekitar jalan depan sekolah. Mereka juga menata tanaman hias dan melakukan pengecatan ulang pot bunga agar lingkungan sekolah terlihat lebih segar dan tertata rapi.

Guru dan tenaga kependidikan turut serta mendampingi siswa dalam kegiatan ini. Suasana kekeluargaan terasa hangat ketika semua elemen sekolah bekerja bersama tanpa sekat, mencerminkan semangat harmoni dan kolaborasi yang menjadi tema utama peringatan HJKB tahun ini.

Kegiatan Bebersih Bandung Serentak ini juga menjadi sarana edukasi bagi peserta didik tentang pentingnya menjaga lingkungan dan kebersihan kota. Melalui aksi sederhana seperti memungut sampah dan menata taman, siswa diajak memahami bahwa menjaga kebersihan adalah tanggung jawab bersama seluruh warga Bandung.

Di akhir kegiatan, Kepala Sekolah memberikan apresiasi kepada seluruh warga sekolah yang telah berpartisipasi dengan penuh semangat. Ia berharap semangat kebersamaan dan kepedulian lingkungan ini terus tumbuh dan menjadi bagian dari budaya sekolah.

"Kami berharap semangat harmoni dan kolaborasi ini tidak berhenti hari ini saja, tetapi menjadi kebiasaan baik yang melekat dalam diri siswa dan seluruh warga sekolah," tutupnya.

Reporter: Azzam Kusuma M, KPI/5B

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung Gelar Workshop Evaluasi Kurikulum Berbasis Cinta




Vokaloka. Bandung - Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Workshop Evaluasi Kurikulum pada Kamis (25/9/2025) di Aula lantai 4. 

Workshop yang mengusung tema "Transformasi Kurikulum Prodi Berbasis Cinta, OBE, Rahmatan Lil'alamin, dan SMART, Menguatkan Lulusan Unggul, Kompetitif, dan Inovatif Berdampak di Asia Tenggara" ini menghadirkan Dr. Rusman, S.Pd., M.Pd. sebagai narasumber.



Acara ini diikuti oleh 154 peserta yang terdiri atas dosen, pengguna lulusan (user), alumni, dan mahasiswa, dengan tujuan merespons tuntutan dunia kerja yang dinamis serta memperkuat mutu lulusan agar relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung, Prof. Dr. H. Enjang AS, M.Si., M.Ag., menegaskan bahwa kurikulum yang berlaku lima tahun lalu sudah tidak relevan dengan kebutuhan lulusan saat ini.

Menurut Enjang, mutu lulusan harus sesuai dengan dinamika masyarakat dan dunia kerja. 

"Mutu lulusan dari prodi yang ada di fakultas harus matching dengan berbagai tantangan di tengah masyarakat. Relevansi tidak boleh diabaikan agar mutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya memenuhi standar regulasi dan akreditasi. 

"Standar dalam pembelajaran tidak bisa diabaikan, harus sesuai dengan standar BAN-PT. Setiap regulasi dibuat pemerintah untuk kebaikan masyarakat, sehingga harus direspons dengan baik," kata Enjang.

Lebih lanjut, Enjang menyoroti munculnya gagasan kurikulum berbasis cinta. Menurutnya, hal ini perlu dikaji apakah selaras dengan kerangka kurikulum berbasis KKNI. 

"Menjadi keharusan meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran bagi mahasiswa, sekaligus merespons kebijakan dan tantangan sesuai harapan pengguna lulusan," tambahnya.

Sementara itu, Wakil Rektor I UIN SGD Bandung, Prof. Dr. H. Dadan Rusmana, M.Ag., menyampaikan 
Dadan menjelaskan makna cinta dalam kurikulum sebagai kedekatan emosional dan spiritual yang memupuk harmoni. 

"Love itu bagaimana menghubungkan kedekatan emosional seperti ibu kepada anaknya. Dari sini lahir harmoni, damai, dan gotong royong sebagai turunan dari moderasi beragama," katanya.

Menurutnya kurikulum yang diformulasikan harus berdampak nyata bukan hanya kata-kata, tapi harus dipraktikkan,

Dalam paparannya Narasumber, Dr. Rusman memperkenalkan konsep Panca Cinta sebagai landasan kurikulum berbasis cinta meliputi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, cinta ilmu, cinta lingkungan, cinta diri dan sesama manusia, serta cinta tanah air.

"Kurikulum Berbasis Cinta bertujuan untuk melahirkan insan yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan selalu mengedepankan cinta sebagai prinsip dasar dalam kehidupan," jelasnya.

Sekretaris Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Dr. Uwes Fatoni, M.Ag., menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan workshop. Ia berharap kegiatan ini memberikan masukan penting dari mahasiswa alumni dan user dan industri bagi prodi.

"Setelah acara ini, diharapkan Prodi KPI medapatkan saran konstruktif bagi pengembangan kurikulum prodi KPI UIN Bandung yang relevan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan dunia usaha dan industri," tutupnya.

Kembangkan Kreativitas, Siswa kelas XII SMA Kifayatul Achyar Buat Taplak Meja dari Kain Perca

VOKALOKA, Bandung, 18 September 2025 – siswa kelas XII SMA Kifayatul Achyar membuat taplak meja dari kain perca yang dibimbing oleh Ir. Nani Sumarni selaku kepala sekolah sekaligus guru Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa serta membudidayakan barang bekas.
Nani mengatakan bahwasanya mata pelajaran ini memiliki berbagai tema dari pangan, budidaya dan kerajinan. Setiap tahunnya diambil satu tema untuk dipraktikkan disetiap kelas. Misalnya tema budidaya maka para siswa diarahkan untuk menanam tanaman, selain untuk mata pelajaran juga sekaligus mempercantik halaman sekolah.

"budidaya dari mulai nanem sampai tumbuhlah yaa. Tapi yaa bukan menanam misalkan jagung, yaa nggak karena yaa memanfaatkan ini saja sambil mempercantik halaman" jelas Nani.

Dalam tema kerajinan siswa diarahkan untuk mendaur ulang taplak meja bekas dengan kain perca. "di buku materinya mah kan kerajinan itu ada yang elektro atau apa nah selalu kami memanfaatkan apa yang ada saja" ujar Nani.

Dari pembuatan taplak meja ini selain untuk meningkatkan kreativitas siswa, Nani berpendapat bahwa dari kegiatan ini juga guru dapat melihat lebih dalam karakter dari masing-masing siswa. Ketika Nani menyampaikan cara mendaur ulang taplak meja tidak semua siswa dapat langsung menangkap proses daur ulang.

"ternyata dari empat anak, yang bisa nangkep dengan, sesuai dengan ekspektasi ibu baru satu ini si Zia. Yang lainnya baru di cuci gitu. Jadi si Zia jadi rada bingung" ujar Nani. Nani juga menjelaskan salah satu siswa yang bernama Imey yang memiliki karakter lincah, kreatif dan juga cekatan dalam menyelesaikan tugas. Namun, ketika diberikan arahan untuk mendaur ulang taplak meja menghasilkan taplak meja yang penuh dengan warna dan mencolok.

Kerajinan taplak meja ini juga berawal dari masalah banyaknya taplak meja di sekolah yang sudah kotor terkena tinta namun masih memiliki kualitas yang bagus. "masalahnya taplak, karena suka ada yang pinjem juga gitu ya jadi kotor. Kotornya itu tidak satu titik. Secara umum kainnya masih bagus tapi banyak becak gitu" jelas Nani

Selain dari taplak meja juga memanfaatkan bahan lain untuk didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih berguna. Seperti kardus yang didaur ulang menjadi wadah buku, memanfaatkan kardus bekas kemudian dihias dengan kertas kado selanjutnya agar lebih kuat akan dilapisi dengan kain agar tidak mudah rusak ketika diangkat.

Syahiratul Maghfiroh, KPI 5B

Peduli Generasi Sehat, SMA Mekar Arum Adakan Pemeriksaan Kesehatan

VOKALOKA, Bandung - SMA Mekar Arum bekerja sama dengan Puskesmas Cileunyi mengadakan kegiatan pengecekan kesehatan bagi para siswa pada hari Selasa (16/09/2025). Kegiatan ini bertujuan untuk memantau kondisi kesehatan peserta didik serta meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga pola hidup sehat sejak dini.

Pengecekan kesehatan meliputi pemeriksaan gula darah, tinggi badan, berat badan, serta tekanan darah. Para siswa mengikuti kegiatan ini secara bergiliran dengan antusias.

Kegiatan ini dilakukan di aula SMA Mekar Arum. Siswa yang mengikuti pengecekan ini diikuti oleh semua dari kelas 10 hingga kelas 12.

"Pengecekan kesehatan ini biasanya diadakan satu semester sekali dengan kerja sama dengan pihak puskesmas Cileunyi"  Jelas Rizki Selasa (16/09/2025) selaku tim IT yang turut andil mendokumentasikan kegiatan ini.

Dengan maraknya diabetes yang terjadi pada remaja-remaja usia belia, kegiatan pengecekan kesehatan yang juga menyertakan cek gula darah bisa meminimalisir penyakit diabetes yang akhir-akhir ini meningkat di Indonesia.

Kegiatan ini berjalan lancar dan penuh antusiasme. Dengan adanya pemeriksaan kesehatan rutin seperti ini, SMA Mekar Arum berharap dapat mencetak generasi yang sehat, bugar, dan siap berprestasi.

Reporter: Ainna Raihana Hanifah

© all rights reserved
made with by templateszoo