Vokaloka, Bandung - Ibu Teti Ismawati, Kepala Sekolah SMP Muslimin 5 Bandung, adalah gambaran nyata dari seorang pendidik sejati, yang memilih jalur pengabdian, bukan sekadar karir. Beliau kini berusia 58 tahun dan akan memasuki masa pensiun pada tahun 2027, sebuah momen yang ditunggunya setelah 36 tahun mengabdi. Meskipun berstatus PNS (DPK) dan merupakan angkatan terakhir yang langsung mendapat SK penugasan di SMP Negeri Jatiluhur, Ibu Teti justru mengukir kisah pengabdian yang mendalam di sekolah swasta.
Perjalanan Ibu Teti di SMP Muslimin 5 dimulai pada tahun 1991, setelah ia memutuskan pindah dari Purwakarta untuk dekat dengan suami yang berada di Bandung. Awalnya, kepindahan ke sekolah swasta ini terasa seperti ujian berat. Ia merasakan perbedaan yang sangat kontras dengan saat mengajar di sekolah negeri, terutama karakter siswa. "Awal gilirnya dulu merasa berat ngajar di sini kenapa karena kan di negeri di negeri itu ternyata, apalagi di daerah ya, di daerah itu sudah meradangan diri. Jadi tidak terlalu untuk disuapi ... Ibu hampir menyerah nih buah anak-anaknya kok gini gitu ya," kenangnya, menceritakan kesulitan di awal masa adaptasi tersebut.
Ditambah lagi, pada saat itu, duka yang paling terasa adalah kesulitan transportasi dan harus jauh dari keluarga, sendirian di Purwakarta bersama anak kecil. Di tengah segala keterbatasan itu, profesionalitasnya sebagai guru diuji. Ibu Teti harus siap mengajar apapun, bahkan pernah mengampu hingga tiga mata pelajaran sekaligus (maksimal) seperti seni budaya, bahasa Indonesia, dan biologi, karena kebutuhan sekolah. Dedikasi ini menunjukkan bahwa fokusnya adalah pada kebutuhan pendidikan murid.
Titik paling dramatis dalam perjalanan Ibu Teti terjadi sekitar 20 tahun yang lalu, ketika isu gencar beredar bahwa guru PNS yang ditempatkan di sekolah swasta harus kembali ke sekolah negeri. Rekan-rekan sejawatnya pun berbondong-bondong mencari tempat pindah. Namun, Ibu Teti mengambil keputusan kontras yang sangat menyentuh. "Tapi nggak tahu ya hati ibu masih tetap di sini," ujarnya, dengan ketulusan yang mengalahkan logika birokrasi.
Keputusannya ini didukung penuh oleh suami, dan yang paling mengharukan, Yayasan mengirimkan surat yang menyatakan bahwa Ibu Teti masih dibutuhkan di sekolah tersebut. Perasaan kekeluargaan, nyaman, dan merasa diterima menjadi jangkar yang kuat. Perjuangannya dipermudah oleh takdir, sementara rekan-rekannya harus menunggu bertahun-tahun untuk bisa pindah.
Sejak diangkat menjadi Kepala Sekolah pada tahun 2018 atas dasar kepercayaan Yayasan, Ibu Teti memimpin sekolah dengan penuh empati di tengah persaingan ketat SMP negeri di sekitarnya. Sekolah ini menghadapi tantangan besar jumlah siswa yang kecil serta mayoritas murid berasal dari kalangan menengah ke bawah. Banyak di antaranya memiliki latar belakang keluarga yang rentan, seperti tinggal bersama nenek, atau orang tua berpisah.
Pencapaian terbesarnya adalah kemampuannya mengubah keterbatasan menjadi kekuatan. Jumlah siswa yang sedikit justru dilihat sebagai berkah; Ibu Teti bangga bisa memperhatikan satu demi satu siswa secara personal. Sekolah menerapkan iuran yang sangat rendah, hanya Rp 75.000 per bulan (infak), dan berencana membebaskan uang bangunan sepenuhnya di tahun depan. Prinsip Ibu Teti sangat sederhana: "Pokoknya niatnya sama-sama kita ini ingin mencerdaskan ingin memberikan ilmu itu ya kalau bersama niatnya sama, meskipun banyak tantangan-tantangan..."
Di usianya yang mendekati purna tugas, semangat pengabdian Ibu Teti tidak surut. Beliau bahkan berkeinginan untuk tetap mengabdi di SMP Muslimin 5, meskipun hanya sebagai guru biasa, setelah pensiun sebagai PNS. "Ibu tidak ingin meninggalkan sekolah ini... karena disini pun ternyata masih harus banyak membutuhkan pelajar ya masih membutuhkan kasih jadi ada rasa kesian gitu ya kalau ditinggalkan," tutupnya, sebuah pengakuan yang menyentuh tentang betapa dalam ikatan batinnya dengan sekolah dan anak-anak didiknya.
Reporter : Syifa Nur Fauziah (KPI/5B)
Dedikasi Tanpa Henti Teti Ismawati Kepala Sekolah yang Berjuang untuk Pendidikan Anak Bangsa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar
Posting Komentar