VOKALOKA, Bandung – Imas Kurniasih salah satu Penyuluh KUA Ujung Berung sekaligus Pembina Pramuka di UIN Sunan Gunung Djati Bandung menerapkan metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya di Majelis Taklim Konversi Diniyyah (MTKD). Tidak hanya ceramah, tetapi juga diskusi, praktik langsung, hingga permainan edukatif yang terinspirasi dari prinsip kepramukaan.
Program MTKD ini telah berjalan sejak 2018 dan mayoritas diikuti ibu-ibu dari berbagai kalangan, mulai dari ibu rumah tangga hingga pensiunan guru. Penyuluh agama, Asep Saipuljaman, menyebut program ini menjadi solusi nyata bagi masyarakat untuk menambah ilmu agama. "Harapannya program ini terus berjalan karena selain menambah ilmu, juga menjadi solusi nyata di masyarakat. Bahkan ada wisuda setiap tahunnya bagi peserta tingkat tiga," ujarnya.
Salah satu pengajar, Imas Kinasih, menuturkan bahwa prinsip kepramukaan membantu suasana kelas lebih hidup. "Ice breaking, energizer, hingga praktik langsung membuat peserta lebih aktif. Misalnya, ibu-ibu diminta menulis dengan tangan kiri lalu tangan kanan untuk melatih fokus dan manajemen waktu. Dari permainan sederhana, mereka belajar motorik, kedisiplinan, serta kebersamaan," jelasnya.
Imas yang juga pembina Pramuka menambahkan, metode ini meningkatkan semangat belajar. "Kalau hanya duduk mendengar, semangat cepat turun. Dengan metode kepramukaan, ibu-ibu bisa berlatih kepemimpinan dan kerjasama," katanya.
Salah seorang peserta, Eliyani, mengaku nyaman belajar di MTKD. "Awalnya saya diajak teman, tapi lama-lama betah. Tempatnya strategis, ilmunya bermanfaat, dan suasananya penuh kebersamaan. Walaupun usia sudah tidak muda, di sini terasa muda kembali karena bisa belajar lintas generasi," ungkapnya.
Dengan kombinasi kurikulum terstruktur dan pendekatan kepramukaan, MTKD KUA Ujung Berung terus menjadi magnet bagi masyarakat. Program ini bukan sekadar ruang belajar agama, tetapi juga wadah interaksi sosial yang mempererat ukhuwah.
Reporter: Eva Alawiah