Saya datang ke Now Playing Fest di Bandung dengan perasaan antusias, apalagi melihat promosi mereka di media sosial yang terlihat rapi dan meyakinkan. Dari unggahan Instagram-nya, festival ini tampak seperti acara musik besar yang dikelola secara profesional. Namun, pengalaman yang saya rasakan secara langsung pada Minggu, 30 November 2025 ternyata jauh dari bayangan.
Sejak masuk area konser, suasana sudah terasa terlalu padat. Bukan ramai yang menyenangkan, melainkan sesak dan melelahkan. Saya baru benar-benar menyadari betapa padatnya acara ini setelah membaca salah satu unggahan akun resmi Now Playing Fest yang menyebutkan bahwa jumlah pengunjung mencapai sekitar 30.000 orang.
Di pintu masuk, saya diperiksa dengan cukup ketat. Saya juga mengikuti semua aturan yang diunggah di akun sosial media @nowplayingfest. Saat itu saya sempat merasa senang, karena berpikir acara ini akan tertib dan aman, tanpa rokok, vape, atau barang-barang yang mengganggu kenyamanan penonton.
Namun, kenyamanan itu hanya bertahan di awal. Tidak lama setelah masuk area konser, saya justru harus menghirup asap vape dan rokok dari arah samping dan depan. Lebih mengecewakan lagi, ada penonton yang membuka payung tepat di depan saya, sehingga pandangan ke panggung tertutup. Saya tidak mengerti bagaimana barang-barang yang sejak awal dilarang justru bisa lolos dan digunakan bebas di dalam area.
Yang paling mengecewakan adalah area VIP. Dengan harga tiket berkisar antara Rp300.000 sampai Rp400.000, saya berharap mendapat kenyamanan lebih, setidaknya dari sisi akses keluar-masuk. Nyatanya, jalur VIP hanya satu dan sempit. Beberapa kali saya melihat orang kerepotan keluar, bahkan ada yang tampak lemas dan sesak napas.
Seorang pengunjung di dekat saya sempat berkeluh kesah,
"Katanya VIP, tapi rasanya sama saja seperti reguler. Bahkan lebih parah."
Situasi semakin tidak nyaman karena panitia hampir tidak terlihat ketika mulai terjadi kericuhan kecil akibat desak-desakan. Dalam kondisi seperti itu, saya pun tidak tahu harus mengadu ke siapa.
Masalah kebersihan ikut menambah rasa kecewa. Di sekitar panggung, saya tidak menemukan tempat sampah. Akibatnya, banyak sampah berserakan karena orang tidak tahu harus membuangnya ke mana.
Dari sisi teknis, acara juga terasa kurang maksimal. Suara dari beberapa panggung saling bertabrakan, layar di salah satu stage sempat tidak menyala, dan jadwal pertunjukan banyak yang molor. Saya bahkan mendengar langsung Rizky Febian menyampaikan kekecewaannya di atas panggung.
"Waktu tampil saya jadi sangat singkat. Padahal saya ingin ngobrol, bukan cuma datang untuk menyanyi lalu pergi."
Sebagai penonton, hal ini terasa menyedihkan. Kami menunggu lama, tetapi justru artis yang harus terburu-buru karena jadwal kacau.
Yang paling membuat saya kecewa adalah sikap pihak penyelenggara di media sosial. Kolom komentar akun resmi @NowPlayingFest dipenuhi keluhan pengunjung, tetapi tidak terlihat adanya respons atau klarifikasi. Tidak ada penjelasan, tidak ada permintaan maaf, seolah masalah ini dianggap sepele.
Saya menulis ini bukan untuk menyerang, melainkan berharap agar ke depan festival sebesar ini tidak hanya unggul dalam promosi, tapi juga dalam pengelolaan di lapangan. Pengunjung tidak hanya membutuhkan panggung megah, tapi juga rasa aman dan dihargai.
Konser seharusnya menjadi tempat bersenang-senang, bukan pulang dalam keadaan lelah dan kecewa.
Saninatun Nazwa Slamet
Bandung, Jawa Barat
Tidak ada komentar
Posting Komentar