Pro Kontra Makan Bergizi Gratis, antara nutrisi dan kesehatan siswa


Vokaloka, Bandung – SMA dan SMP Mekar Arum dukung program pemerintah dengan jalankan Makanan Bergizi Gratis untuk seluruh siswa sejak Rabu (20/08/2025). Namun lain halnya dengan pihak SMA yang justru menilai bahwa program ini masih perlu adanya perbaikan terutama untuk nutrisi dari setiap menu makanannya.


Sejak di umumkannya program MBG oleh Prabowo, program ini memiliki berbagai sisi baik dan buruk, terlebih lagi untuk ketahanan pangan dan nutrisi dari setiap makanan yang diberikan kepada para siswa. SMA Mekar Arum Dede Suhara, S.Sos.I, M.IV.Degree menyatakan kelayakan dan ketahanan pangan justru jadi pertanyaan jika makanan berpengawet tersaji untuk di komsumsi para siswa. Seperti halnya minuman serbuk sereal yang sempat beberapa kali di dapatkan oleh para siswa SMA Mekar Arum.


"Kalau di kawal dengan baik, sebetulnya di Indonesia akan ada ketahanan pangan, kalau itu utuh di lakukan. Saya kemarin ada salah satu contohnya. Kemarin anak-anak dikasih minuman serbuk sereal dari MBG. Kalau untuk ketahanan pangan apakah layak makanan seperti ini dikasihkan kepada siswa kalau ada program ketahanan pangan. Tentunya program ini belum dipersiapkan secara utuh kalau menurut saya, jadi hulu ke hilirnya belum siap. Kalau kita akan berbicara dengan gizi, apakah makanan seperti ini bagus dikomsumsi untuk anak? Ini kan ada pengawetnya. Kalau ada makanan pengawet terus menerus di komsumsi itu berbahaya. Ini kritik saya ke MBG. Kalau ini terus dilakukan dan diberikan  kepada siswa, justru bukan siswa menjadi lebih baik, justru akan merusak karena ada pengawetnya. Di komsumsi jangka panjang 3 tahun itu lumayan." Jelas Dede Suhara, pada Selasa (30/09/2025)


Ketahanan pangan yang tergantikan oleh makanan berpengawet justru membuat program ini menjadi sia-sia. Bahaya makanan berpengawet yang terkandung dalam setiap makanan jika di konsumsi terus-menerus. Dalam hal ini, program MBG perlu membenahi bahan baku makanan dalam setiap menunya dan menakar setiap nutrisi sesuai dengan takarannya.


"Kalau ketahanan pangan itu harus alami semuanya. Tidak berbahan pengawet, kalau pakai pengawet percuma. Kalau makanan siap saji yang segar, yang baru jangan yang kemarin di masak, di masak lagi. Itu tidak baik. Sementara saya berpikiran bahwa makan bergizi itu adalah sesuai takaran nutrisinya tidak boleh ada pengawet." Tutur Dede Suhara.

Sebagai antisipasi adanya keracunan makananan yang saat ini marak terjadi, pihak sekolah Mekar Arum pun turut melakukan pengecekan saat makanan akan didistribusikan kepada para siswanya.


"Kita cek setiap mereka mau makan, dari baunya, bentuknya. Kemarin pernah terjadi, saya sudah sampaikan, dan laporkan. Jadi ada antisipasi. Jadi kalau makanan-makanan seperti sayur, dan sebagainya, yang cepat asem dan basi, sebenernya selasai masak 2 jam, setelah itu tidak boleh dimakan, idealnya. Mending kalau di simpan di freezer, kalau tidak? Belum lagi tangan pekerja yang tidak pakai alat pembersih, itukan yang jadi penyebab basi". Terang Dede Suhara.

Dalam berbagai polemik MBG, dampak positif nyatanya tetap hadir sebagai penyemangat para siswa untuk sekolah.


"Biasanya kan ada anak-anak yang tidak sekolah, sekarang bagus kehadirannya. Ada penyemangat MBG. Sampai hari ini anak-anak belum ada keluhan yang begitu menyedihkan, kalau komplain menu ada, ininya tidak enak, pernah telurnya bau, sudah saya komplainkan". Tambah Dede Suhara.


Namun, imbas dari MBG pun muncul, terutama bagi para pedagang kantin di Sekolah Mekar Arum yang mengalami penurunan omzet.


"Sebenernya, kita kan ada kantin, kantin juga merasa sebenernya keberatan dengan hadirnya MBG karena berkurangnya omzet kantin, jadi ya gimana, kita tidak nerima program ini nanti imbasnya seperti apa pada sekolah dari pemerintah, jadi kita siasati setelah istirahat ke satu baru minta di kirim, nanti di bagikan setelah istirahat ke dua setelah mereka salat zuhur baru kita bagikan didistribusikan kepada siswa". Jelas Dede Suhara.


Agar terlaksananya program MBG dengan baik perlu diadakannya evaluasi tiap periodik, serta pelayanan nutrisi yang sesuai dan prosedur yang dianggarkan oleh pemerintah tetap terjaga tanpa adanya pemotongan hak anak.


"Evaluasi tiap periodik harus, pelayanan terhadap nutrisi gizi yang harus sesuai, jadi kita juga kemarin komplain ini tuh harga 10.000 tapi pas di hitung hanya 5.500, sehingga tidak sesuai dengan prosedur yang sudah di anggarkan oleh pemerintah, jangan sampai ada pemotongan-pemotongan hak anak, yang harusnya 10.000 jadi 7.500 misalkan kalau di hitung. Jangan demikian, itu dzolim". Tutur Dede Suhara, Selasa (30/09/2025).


Berbeda dengan SMA, SMP Mekar Arum justru mendukung program ini dan menilai bahwa program ini bisa memperbaiki gizi para siswa.

"Sangat penting, dan saya pribadi mendukung dengan adanya program mbg ini, karna pertama, untuk anak itu sendiri butuh gizi di usia mereka yg harus tercukupi. 

Kedua, ini membantu mengurangi banyaknya uang jajan, tapi dengan adanya ini jadi tercukupi", ungkap Asep Purnama Sidiq, S.Pd, kamis (25/9/2025).


Program ini dimulai dari pengiriman makanan yang disimpan di ruang khusus MBG. Pembagian dilakukan pada jam istirahat kedua pukul 12.00 WIB, setelah salat zuhur. Perwakilan kelas mengambil MBG  lalu di bagikan ke setiap siswa di kelas.


"Untuk prosedurnya pertama kami ada ruang khusus untuk MBG nya, dari mobil kami turunkan dan kami simpan di tempat khusus MBG, berikut untuk pembagiannya itu di jam istirahat ke dua pukul 12.00 WIB setelah salat zuhur, anak perwakilan kelas mengambil mbg dan bagikan di setiap kelas", jelas Asep Purnama.


Jumlah makananan yang didistribusikan sesuai dengan data siswa di Dapodik tidak lebih ataupun kurang.


"Sebanyak 240 siswa SMP Mekar Arum terlibat dalam program ini sesuai data Dapodik. Jumlah makanan pun harus sesuai dengan jumlah siswa yang ada di sekolah", tambah Asep Purnama.


Menurut pihak sekolah, adanya program ini membantu siswa karena mampu mengurangi jajan siswa dan penuhi kebutuhan gizi. 


"Program ini sangat bermanfaat untuk siswa karena bisa memenuhi kebutuhan gizi untuk masa perkembangan anak dan dapat mengurangi jajan". ujar Asep Purnama.


Sekolah juga lakukan pengawasan agar makanan aman dikonsumsi. Pihak sekolah mengecek bau dan tekstur makanan sebelum didistribusikan. 


"Cium dan lihat dari tekstur apakah lengket atau tidak, kami distribusikan jika semua itu sudah di cek dan memang layak untuk dimakan Pendistribusian dilakukan setelah melalui pemeriksaan dan dipastikan aman untuk dikonsumsi siswa", ungkap Asep Purnama.


Hingga saat ini program MBG di SMP Mekar Arum berjalan lancar tanpa adanya  kendala. Sekolah berkomitmen menjaga kualitas makanan agar siswa tetap mendapat asupan gizi yang baik.


"Alhamdulillah di sekolah kami tidak ada kendala, program masih berjalan lancar". ungkap Asep Purnama.

Reporter: Ainna Raihana Hanifah, Saninatun Nazwa Slamet.




2 komentar

Gina amanda mengatakan...

programnya keren, tapi memang perlu pengawasan yang lebih intens, semoga evaluasi yg sering diberikan dapat memberikan solusi.

uzuya mengatakan...

Sangat bermanfaat

© all rights reserved
made with by templateszoo