Vokaloka. Bandung - Pemerintah Kelurahan Cipadung Wetan bersama Puskesmas Cipadung menggelar kegiatan pengukuran dan publikasi data stunting di aula kelurahan pada Kamis (23/10/2025). Kegiatan ini dihadiri oleh kader posyandu, pengurus RT/RW, dan perangkat wilayah untuk membahas hasil pemantauan pertumbuhan balita sekaligus evaluasi program penanganan stunting.
Dari hasil pengukuran tahun 2025, tercatat 32 balita di Cipadung Wetan mengalami stunting, terdiri atas 3 anak sangat pendek dan 29 anak pendek. Sebanyak 11 di antaranya berusia di bawah dua tahun yang masih berpotensi pulih melalui intervensi gizi dan pola asuh.
Petugas gizi Puskesmas Cipadung, Sarah menjelaskan angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya.
"Dari tahun 2024 ke 2025 ada peningkatan sekitar sepuluh kasus. Ini menjadi PR kita bersama, agar pencegahan dan perbaikan gizi bisa lebih optimal," ujarnya.
Sarah menjelaskan, pemantauan dilakukan melalui aplikasi E-PPGBM milik Kementerian Kesehatan. Berdasarkan analisis data, faktor penyebab stunting di Cipadung Wetan dipengaruhi oleh kurangnya pemberian ASI eksklusif, rendahnya cakupan imunisasi, minimnya kepemilikan BPJS, serta pola asuh dan sanitasi lingkungan yang belum memadai.
Kasi Kesejahteraan Sosial (Kesos) Kelurahan Cipadung Wetan, Angga, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data akurat sekaligus menampung masukan dari kader.
"Tujuan utama kegiatan ini untuk memperoleh data sejauh mana penanganan stunting yang sudah dilakukan, apakah berhasil atau belum. Dari data ini kita bisa merancang program lanjutan di tahun 2026," jelasnya.
Ia menambahkan, pemerintah kelurahan bersama puskesmas telah melakukan berbagai intervensi dalam menekan angka stunting, mulai dari pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa bahan pokok seperti telur dan susu, hingga perbaikan sanitasi lingkungan dan sosialisasi gizi kepada masyarakat.
"Harapan kami, masyarakat sadar bahwa stunting ini harus diatasi bersama. Orang tua yang memiliki balita perlu peduli terhadap gizi dan tumbuh kembang anaknya. Kita ingin semua elemen, mulai dari kader, puskesmas, hingga pemerintah, bisa terus berkoordinasi," tambahnya.
Dalam sesi diskusi, para kader posyandu dan pengurus RW turut membahas langkah-langkah identifikasi penyebab stunting di tingkat keluarga. Mereka menelusuri faktor-faktor seperti kondisi ekonomi, kebiasaan merokok, pola makan, dan akses jaminan sosial (DCS/DTKS) untuk menentukan intervensi yang paling tepat.
Kegiatan ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menurunkan angka stunting di Cipadung Wetan. Pemerintah kelurahan berharap, hasil evaluasi ini menjadi dasar penyusunan program kesehatan masyarakat tahun 2026 agar angka stunting dapat terus ditekan.
Reporter: Mila Aulia/ KPI 5B
Tidak ada komentar
Posting Komentar