Sekolah Swasta Bandung Terapkan Program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Kemendikdasmen




VOKALOKA, Bandung - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi meluncurkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat sebagai langkah membentuk generasi muda yang sehat dan berkarakter, sekaligus upaya untuk menciptakan generasi emas Indonesia menuju tahun 2045. Program yang mencakup bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, serta tidur cepat, kini mulai diterapkan pada beberapa sekolah swasta di Bandung, termasuk SMA Daarut Tauhiid Boarding School Putri dan SMP 10 Muhammadiyah Bandung.

Kedua sekolah tersebut menyambut baik penerapan program ini. Kepala Tata Usaha SMA Daarut Tauhiid Boarding School Putri, Meutia Rahmi, mengatakan, "Program 7 Kebiasaan Anak Hebat yang dicanangkan Kemendikdasmen ini sangat positif karena menjadi panduan praktis dalam membentuk karakter, disiplin, dan kepemimpinan sejak dini. Jika dibiasakan di sekolah dan rumah, kebiasaan ini akan melahirkan generasi berakhlak, cerdas, sehat, dan cinta tanah air, sehingga selaras dengan cita-cita Indonesia Emas 2045."

Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP 10 Muhammadiyah Bandung, Arif Rahman, menilai gerakan ini merupakan terobosan positif, "Gerakan 7 Kebiasaan Anak Hebat adalah ikhtiar menuju generasi emas. Kebiasaan ini bukan hal baru, hanya saja pemerintah menegaskan kembali hal-hal mendasar seperti bangun pagi, beribadah, berolahraga, belajar, makan sehat, bermasyarakat, dan tidur cepat," ungkapnya.

Gerakan ini diterapkan dengan pendekatan yang berbeda sesuai kultur sekolah masing-masing. Seperti di SMA Daarut Tauhiid Boarding School Putri, penerapan nilai kebiasaan positif ini sudah terintegrasi dengan visi sekolah dan kehidupan asrama, sementara di SMP 10 Muhammadiyah Bandung, fokus penerapan lebih menekankan pada pembiasaan sehari-hari di sekolah serta kerja sama erat dengan orang tua.

Di sisi lain, setiap sekolah menghadapi tantangan yang berbeda. Di SMA Daarut Tauhiid Putri yang berbasis boarding school di Bandung, tantangan terbesar terletak pada menjaga konsistensi. Guru dituntut untuk sabar sekaligus menjadi teladan, sementara siswa yang datang dari berbagai latar belakang perlu waktu beradaptasi dengan budaya sekolah. Dari sisi fasilitas, pihak sekolah juga harus memastikan lingkungan yang mendukung, baik di kelas maupun asrama. Meski demikian, tantangan ini dipandang sebagai proses pembelajaran yang justru memperkuat karakter seluruh warga sekolah.

Berbeda ketika di SMP Muhammadiyah Bandung, tantangan yang muncul lebih banyak terkait hal teknis dan keterbatasan waktu. Pihak sekolah menyoroti kekhawatiran orang tua soal makanan, khususnya jika terjadi kasus makanan basi, yang biasanya dikeluhkan langsung ke guru. Selain itu, waktu belajar yang hanya lima jam membuat pemantauan siswa tidak bisa sepenuhnya dititikberatkan pada sekolah. Namun, aspek ibadah tetap menjadi rutinitas yang kuat berkat kultur Muhammadiyah yang sudah melekat.

Sebagai solusi, SMA Daarut Tauhiid Boarding School Putri menekankan tiga hal utama, yakni penguatan keteladanan guru agar menjadi role model bagi santri, pendampingan berjenjang melalui pembiasaan harian dan kegiatan akademik-spiritual, serta peningkatan fasilitas pendukung di asrama maupun program parenting bersama orang tua. Adapun di SMP 10 Muhammadiyah Bandung, pihak sekolah memastikan aspek teknis seperti makanan benar-benar aman, sehat, dan bergizi dengan cara guru mencicipinya terlebih dahulu sebelum diberikan kepada siswa, sehingga kekhawatiran orang tua dapat teratasi

Harapan besar juga disampaikan kedua narasumber terhadap Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Bagi SMA Daarut Tauhiid Boarding School Putri, gerakan ini diharapkan mampu melahirkan generasi yang berkarakter kuat, berprestasi, dan bermanfaat bagi banyak orang, sejalan dengan visi membentuk anak-anak Indonesia yang siap menyongsong Indonesia Emas 2045. Sementara SMP Muhammadiyah 10 Bandung menekankan agar gerakan ini tidak hanya menjadi rutinitas, tetapi juga menjadi evaluasi bagi pemerintah dalam memperkuat kualitas pendidikan. Menurut mereka, perhatian terhadap gizi siswa memang penting, tetapi jangan sampai menutupi kebutuhan dasar lain seperti peningkatan sarana, prasarana, serta kualitas belajar mengajar.

Reporter: Fadiah Najlakayla Muliana, Firqotu Naajiyah (KPI 5B)

Tidak ada komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo