Peduli Sesama, Baitulmaal Muamalat Distribusikan Sembako untuk 10 Pengayuh Becak



Vokaloka, Bandung – Sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama, Baitulmaal Muamalat (BMM) bersama mahasiswa magang dari Universitas Halim Sanusi menyalurkan paket sembako kepada sepuluh pengayuh becak di kawasan Antapani dan Pasar Cicadas, Kota Bandung, pada Kamis (9/10). Kegiatan ini dilaksanakan untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan para pengayuh becak yang sebagian besar telah lanjut usia. 

Program ini merupakan hasil inisiasi para mahasiswa magang yang difasilitasi oleh BMM untuk berkontribusi langsung kepada masyarakat. Melalui kegiatan ini, para mahasiswa diajak menumbuhkan empati sosial sekaligus memahami kondisi penerima manfaat secara nyata di lapangan. 

Kepala BMM Wilayah Jawa Barat, Lina, menjelaskan bahwa BMM secara khusus memberikan ruang bagi mahasiswa magang untuk menyalurkan ide sosial mereka melalui program yang berdampak langsung bagi masyarakat. Ia menilai, generasi muda perlu dibentuk agar memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial sejak dini. 

"Semua anak magang di BMM akan kami beri tantangan karena mereka ini generasi Z, yang cara pandangnya kadang berbeda dengan kita. Tantangan itu sengaja kami berikan untuk membangkitkan semangat peduli terhadap lingkungan sekaligus melatih mereka berpikir kreatif, termasuk memikirkan cara mendapatkan dana. Tujuannya agar mereka memiliki mental peduli lebih dulu karena di mana pun nanti mereka berada, jika tidak memiliki rasa peduli, maka ketika menjadi pemimpin pun tidak akan menjadi pemimpin yang baik," ujar Lina. 

Lina menambahkan, hadirnya berbagai layanan transportasi daring berdampak pada berkurangnya pendapatan para pengayuh becak yang sebagian besar sudah berusia lanjut. Oleh karena itu, program ini difokuskan kepada pengayuh becak lansia yang masih berjuang mencari nafkah untuk keluarga. 

"Dengan adanya berbagai macam transportasi daring, transportasi tradisional seperti becak mulai tergeser sehingga memengaruhi pendapatan mereka. Tujuan program ini adalah bentuk kepedulian terhadap para pengayuh becak yang sudah lansia dan tetap berjuang. Becak seharusnya menjadi bagian dari identitas budaya Jawa Barat yang tetap ada dan berdaya guna," lanjutnya. 

Lina juga menyampaikan bahwa pihaknya akan meninjau kembali kegiatan tersebut untuk kemudian dikembangkan menjadi program reguler dengan bentuk yang lebih beragam, seperti pemberian modal usaha maupun pemeriksaan kesehatan bagi para penerima manfaat. 

"Insyaallah akan kami asesmen kembali. Apabila program ini terbukti dapat membantu para pengayuh becak, khususnya yang lansia, kami akan tinjau kembali. Ke depan, mungkin tidak hanya bantuan sembako, tetapi juga pendampingan, pemeriksaan kesehatan, serta bantuan usaha agar mereka tetap semangat dan ada penghasilan lain," tambahnya. 

Ketua kelompok magang Universitas Halim Sanusi, Farhan Fadillah menjelaskan, ide kegiatan ini berawal dari hasil diskusi kelompok yang menyoroti kesenjangan sosial dan berkurangnya perhatian terhadap para pengayuh becak di era digital. 

"Kami melihat para tukang becak ini kurang mendapat perhatian, apalagi sekarang banyak pesaing dari transportasi online. Jadi, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian kami terhadap bapak-bapak pengayuh becak yang rata-rata sudah berusia di atas 50 tahun agar mereka tetap semangat bekerja mencari nafkah untuk keluarga," ungkap Farhan. 

Pelaksanaan kegiatan diawali dengan survei dan asesmen lapangan untuk menentukan penerima manfaat yang sesuai dengan kriteria. Penyaluran bantuan dilakukan secara langsung di dua titik, yaitu di sekitaGriya Antapani dan Pasar Cicadas. Sebagian pengayuh becak menerima bantuan secara langsung ke rumah penerima manfaat mengingat keterbatasan komunikasi di lapangan. 

"Isi sembakonya terdiri atas beras 5 kilogram, minyak goreng 800 mililiter, kecap manis, sarden, gula 1 kilogram dan teh celupAda beberapa tantangan yang kami hadapi di lapangandiantaranya mengenai komunikasi karena sebagian tukang becak sedang bekerja dan sulit dihubungi, ditambah mereka tidak memiliki handphone, jadi kami harus menunggu. Namun, alhamdulillah seluruh bantuan tersampaikan," jelasnya. 

Salah satu penerima manfaat, Suheri (66), mengaku bersyukur atas bantuan yang diterimanya. Ia telah mengayuh becak sejak tahun 1982 dan kini harus membagi waktu antara bekerja dan merawat istrinya yang tengah sakit. 

"Alhamdulillah senang sekali, neng. Berarti ini rezeki saya karena setiap salat juga saya berdoa. Apalagi selain bekerja, saya juga harus mengurus istri saya yang lagi sakit. Jadi, saya berangkat kerja juga kalo pekerjaan rumah sudah selesai. Saya berterima kasih banyak kepada BMM karena sudah membantu saya lewat rezeki yang tidak disangka-sangka ini. Semoga yang memberi ini ditambah rezekinya," tuturnya penuh haru. 

Lina berharap, melalui kegiatan ini masyarakat semakin menyadari pentingnya menumbuhkan empati terhadap sesama. Ia menegaskan bahwa kepedulian sosial tidak hanya dalam bentuk bantuan material, tetapi juga penghargaan terhadap mereka yang masih berjuang di usia lanjut. 

"Harapan saya, walaupun kami hanya bisa sedikit membantu para penerima manfaat, setidaknya mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri. Mereka diperhatikan dan dicintai. BMM hadir disini untuk membantu mereka. Semoga para pengayuh becak tetap semangat dan mampu berdaya saing di zaman modern ini," pungkasnya. 

Melalui sinergi antara Baitulmaal Muamalat dan mahasiswa Universitas Halim Sanusi, kegiatan ini tidak hanya menjadi aksi sosial semata, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran nilai kemanusiaan bagi para generasi muda. Kolaborasi tersebut diharapkan dapat menumbuhkan semangat empati dan kepedulian sosial di kalangan mahasiswa agar terus menebar manfaat bagi sekitar, khususnya bagi mereka yang membutuhkan. 

Reporter: Tantia Nurwina, KPI/5B 

Tidak ada komentar

© all rights reserved
made with by templateszoo